Adsense

{\rtf1\ansi\ansicpg1252 {\fonttbl\f0\fnil\fcharset0 CourierNewPSMT;} {\colortbl;\red255\green255\blue255;\red0\green0\blue0;\red255\green255\blue255;\red34\green34\blue34; } \deftab720 \itap1\trowd \taflags0 \trgaph108\trleft-108 \trbrdrt\brdrnil \trbrdrl\brdrnil \trbrdrt\brdrnil \trbrdrr\brdrnil \clvertalc \clshdrawnil \clwWidth10080\clftsWidth3 \clmart10 \clmarl10 \clmarb10 \clmarr10 \clbrdrt\brdrnil \clbrdrl\brdrnil \clbrdrb\brdrnil \clbrdrr\brdrnil \clpadt100 \clpadl100 \clpadb100 \clpadr100 \gaph\cellx8640 \pard\intbl\itap1\pardeftab720\partightenfactor0 \f0\fs24 \cf2 \cb3 \expnd0\expndtw0\kerning0 \outl0\strokewidth0 \strokec2 \uc0\u8234 \uc0\u8236 \ \uc0\u8236 \ \uc0\u8236 \ \uc0\u8236 \cell \lastrow\row}

Selasa, 29 Juli 2008

Aisha Farishta Raeka

Aisha : istri Rasulullah saw
Farishta : bidadari
Raeka : unik, cantik

Lahir`Rabu, 26 Septemcer 2007 pukul 05.55 di RS. Hermina Pasteur Bandung, semoga menjadi anak yang sholeh, cerdas dan terbuka hatinya untuk menerima nasehat yang benar.

Rabbii hablii milla dunka dzurriyyatan thayyibatan innaka samiiuud du'aa

Thariq bin Ziyad dan perahu

Sebagian ahli sejarah berpendapat batalnya riwayat yang menyebutkan,bahwa Thariq membakar perahu dan mereka beralasan dengan dalil-dalil berikut ini:

  1. Sesungguhnya berita tentang pembakaran, tidak seorang pun yang menyebutkan baik dari tentaranya Thariq bin Ziyad atau orang yang hidup semasa dengannya, akan tetapi pernyataan ini dikatakan setelah meninggalnya Thariq bin Ziyad berabad-abad lamanya.
  2. Thariq tidak mengatakan,"sesungguhnya aku telah membakarperahu-perahu" atau memerintahkan hal itu, akan tetapi sebagian`mutaakh-khirin (generasi belakangan ini) memahami hal itu darikhutbahnya yang disampaikan yang berbunyi:"Wahai sekalian manusiadimana tempat kamu lari? Lautan di belakang kali n dan musuh di depan`kalian". Lalu mereka memahami dari perkataan ini, bahwa laut dibelakang mereka dan tidak ada sarana untuk membawa mereka kepada musuhyang menyerang dari arah barat, ini adalah pemahaman yang keliru, padahakekatnya perahu-perahu itu bukan milik Thariq bagaimana mungkin diabertindak sekehendak hati.
  3. Tidak seorang pun dari pemimpinnya menghukum Thariq (atastindakannya), baik itu pemimpin umum Musa bin Nushair atau Khalifahal-Walid bin Abdul Malik.
  4. Apakah tidak mungkin bagi Thariq kalau dia menyuruh (membiarkan) perahu-perahu lalu mendatangi musuh dari arah barat lalu dia mampumeraih kemenangan sedang itu lebih utama daripada dia harus membakarnya dan merugikan kaum muslimin.
  5. Apakah Thariq tidak mengharapkan bantuan? dan inilah yang terjadi,lalu dengan alat apa bantuan ini dapat diangkut? Pada dasarnya bantuan ini dapat diangkut dengan perahu-perahu tersebut.
  6. Darimana Musa bin Nushair bisa membawa perahu-perahu yang mengangkutnya ke Andalus bersama sisa pasukannya ketika dia khawatir akan nasib kaum muslimin yang masuk terlalu jauh ke dalam Andalus? Sungguh proses pemindahan itu bersandarkan pada perahu itu sendiri.
  7. Tidak mungkin bagi pemimpin yang berpandangan jauh seperti Thariq tidak memikirkan masa yang akan datang lalu membiarkan pasukannya yang kecil di negara Andalus yang sangat luas. Andalus dibelakangnya Eropa, negara yang senantiasa ingin menikam dan dengki serta menunggu kesempatan untuk menerkamnya.
  8. Dengan membakar perahu-perahu itu, bukan merupakan cara yang tepat untuk membangkitkan semangat pada diri kaum muslimin. Sungguh mereka telah mengetahui, bahwa tujuan jihad adalah salah satu dari dua kebaikan (yaitu mendapat kemenangan atau mati syahid).
  9. Pembakaran perahu itu tidak banyak berguna tatkala hal ini menimbulkan efek samping negatif dalam jiwa muslimin.


Sesudah membawakan dalil-dalil seperti ini, peneliti sampai pada sebuah kesimpulan yaitu: "kalau begitu Thariq tidak membakar perahu-perahu dan perahu-perahu tersebut masih tetap ada pada orang-orang muslim (pasukannya), dan bantuan ke Andalus dapat disalurkan melalui perahu-perahu tersebut dan pemimpin mereka bersama sisa pasukan dapat pergi ke Andalus dengan perahu tersebut juga.

Masalah pembakaran perahu-perahu adalah perkara yang dibuat-buat oleh sebagian mereka untuk memunculkan ruh pengorbanan dan keberanian pada Thariq. Mereka yang mensponsori berita ini adalah mereka yang mempunyai target-target ke depan dalam memotivasi umat Islam agar menyelisihi Islam dan melakukan aksi tanpa perhitungan, dan melarang kaum muslimin dalam memakai peralatan-peralatan canggih dalam berperang dan kalaupun menggunakannya tanpa batas dan memusnahkan.


Dari seorang teman

(Mafhumat Asasiyah fi at-Tharikh al-Islam ditulis oleh Mahmud Syakir, majalah al-Faishal no. 163, at-Tarikh al-Andalusi oleh Dr. al-Haji hal. 62, lihat buku "Qishashu La Tastbut" oleh Masyur Hasan, hal 95-109)

Dikutip dari buku Sorotan Total Ulama Salaf, Koreksi hadits-hadits, Filosof, Sastrawan, Kisah dan Kitab-kitab populer, oleh 'Abdul 'Aziz bin Muhammad as-Sadhan, Pustaka as-Sunnah.

Jumat, 11 Juli 2008

Untuk siapa marahku...?

Sambil menghela nafas, ku teruskan bacaan ku.
Agak kesal, 30 menit menunggu, mobil yang menghalangi Karimun D 1619 ET ku masih belum dipindahkan. Syeitan pun dengan lugas masuk ke dalam otakku, "Dasar tidak punya teposeliro ! Mentang-mentang pejabat...!"

Astaghfirullah, mengapa dengan mudah tersebersit dugaan seperti itu, ah...mungkin saja beliau sedang ada urusan yang tidak dapat ditinggalkan, positifnya, berlembar-lembar halaman Majalah Percikan Iman dapat ku selesaikan.......

Sambil terus membaca, aku teringat dengan beberapa kejadian yang membuatku kesal...
Untuk apa aku marah? Toh tidak menyelesaikan permasalahan bahkan mungkin malah memperkeruh suasana.

Sebagaian orang berpendapat marah adalah jalan untuk melampiaskan emosi, melegakan hati, menumpahkan kekesalan sehingga hati ini merasa lega kembali. Walau dengan menyakiti orang yang menjadi pelampiasan emosi kita. Lebih ekstrim, memendam amarah dapat menyebabkan penyakit darah tinggi bahkan stroke. Wah..!!

Aku tidak setuju dengan pendapat itu. Apakah emosi kesal itu hanya dapat diredakan dengan marah? Justru aku lebih memilih diam saat kesal, dengan diam semua akan segera berlalu. Tanpa ada yang harus disakiti. Bukankan sabar itu tidak berbatas.

Rasul mencontohkan, segera ucapkan ta'awudz saat kita kesal, jika tidak reda, ambil air wudlu, jika tidak reda juga, dirikan shalat dua rakaat. Insya Allah emosi akan mereda.

. . . . .

Akhirnya sang pemilik mobil pun datang, dengan sopan beliau meminta maaf, bos besar mengharuskan beliau untuk menghadap sehingga tidak dapat keluar pada waktunya.

Alhamdulilah, sekali lagi aku menang... aku tidak marah, karena marahku memang tidak untuk siapa-siapa.